Kamis, 12 September 2013

[Review] Antologi Rasa



Judul buku : Antologi Rasa
Penulis : Ika Natassa
Harga : Rp 48.000
Halaman : 344
Terbit : Agustus 2011
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Blurb :

Keara
We’re both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe.
How can we be so different and feel so much alike, Rul?
Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, dan aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu.
Three years of my wasted life loving you.

Ruly
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, “Pak, istrinya sudah sadar,” dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

Harris
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, “Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love.”
That’s probably as close as I can get to hearing that she loves me.

Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?

***

What Cizu think?

Tadinya mau ngasih 4 bintang, karena buku ini sukses bikin ketawa-ketiwi sampe galau nggak jelas pas baca. Tapi ternyata.....endingnya sangat menohok!! 

Oke, tema novel ini adalah unrequited love. Jadi wajar aja sih kalo endingnya kayak gitu. Cuma gue jadi berasa di-PHPin sama si Mbak Ika Natassa ini. Karena menjelang ending, gue kira ceritanya bakal semanis yang gue pikir. 

Tapi nggak apa-apa juga sih, dibikin kayak gini. Soalnya kalo happy-ending, mungkin cerita ini malah jadi biasa aja. Plus gampang ditebak juga. Jadi keputusan Penulis untuk menambahkan bumbu-bumbu tragis pada endingnya, sudah tepat. Namun, pengemasan twist ending cenderung terlalu singkat dan terburu-buru. Ibaratnya, novel ini adalah motor yang sedang melaju kencang lalu mendadak belok tanpa memberi lampu sein. Terasa janggal dan kurang sreg buat gue.

Padahal ya, daripada akhirnya jadi kayak gitu, mending si Key jadian sama yang dimain-mainin selama 10 bulan itu aja kan? x3 Oia, pas deket ending si Dinda kemana ya? Kok nggak nongol lagi? 

Oke, cukup rumpinya. Sekarang review seriusnya nih ya. 

Novel ini diberi judul Antologi Rasa, karena menggunakan sudut pandang dari 3 tokoh yang berbeda. Keara, Ruly, dan Harris. Harris mencintai Keara, Keara mencintai Ruly, dan Ruly mencintai Denise. Sahabat mereka juga. Jadi nggak salah, kan kalo gue bilang tema novel ini cinta yang tak berbalas?

Yang bikin geregetan adalah kemunculan tokoh-tokoh sampingan seperti Karin atau Panji yang ternyata tidak membawa dampak apa-apa, selain menjadi karakter yang sekadar numpang lewat. Dan sekian banyak pengalaman yang dialami kedua karakter, ternyata tidak berarti apa-apa bagi salah satu karakter. Misalnya, si A sempat bilang bahwa setelah beberapa waktu, muncul suatu perasaan lain terhadap si B. Tapi ternyata ia bisa dengan mudah melupakan si B, saat melihat ada peluang dengan si C. Kok bisa sih?

Yah, namanya juga fiksi ya. Apapun bisa terjadi, sesuai kemauan penulisnya. :D

Overall, gue suka sama pembawaan ceritanya Mbak Ika dan cara dia menghidupkan karakternya. Biasanya gue jarang suka sama tokoh utama perempuan, karena dibikin terlalu perfect. But Keara is different. Dia perempuan cerdas, seleranya tinggi, punya banyak pengetahuan dan referensi yang bikin kita nambah wawasan baru. Iya sih, dia egois dan sedikit player. Tapi itu yang bikin Key jadi terlihat nyata di mata gue.

Walau gue bilang begini, tapi sebenarnya tokoh favorit gue ya si Dinda. :p Entah kenapa, gue punya kecenderungan untuk lebih menyukai tokoh pendamping ketimbang tokoh utama. Seperti gue yang lebih menyukai Eko ketimbang Keenan, di Perahu Kertas. Haha.

O iya. Harus gue akui, gara-gara baca buku ini, gue jadi pengen ngikutin John Mayer juga. Gue bahkan langsung donlod lagu Edge Of Desire yang legendaris itu. x3 (Gue juga punya kecenderungan untuk nge-donlod lagu-lagu baru yang ada di buku bacaan gue.)

Masih ada beberapa typo yang nggak terlalu ganggu sih, kayak Carlos yang sempet ketulis temennya Panji, padahal harusnya temennya Panca. Juga penggunaan kata 'dan' yang terlalu banyak. 

Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Novel ini gue beri label adult karena memang konten-konten di dalamnya ditujukan untuk orang dewasa. Seperti kata-kata makian, minum alkohol, lalu freesex. Uhuk. Tapi kadarnya rendah sih, kalo buat gue ya nggak vulgar-vulgar amat. :D

Dan akhirnya gue sematkan...

Rating : 3/5 bintang.


Review ini diikutsertakan dalam :
-2013 New Authors Reading Challenge
-2013 Indonesian Romance Reading Challenge


0 komentar:

Posting Komentar