Rabu, 11 September 2013

[Review] Perahu Kertas


Judul buku : Perahu Kertas
Penulis : Dewi Lestari (Dee)
Harga : Rp 69.000
Halaman : 456
Terbit : Agustus 2009
Penerbit : Bentang Pustaka

Blurb :

Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

...

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.

...

Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan itu bersatu?

Akankah hati dan impian mereka bertemu?

Khatulistiwa Literary Award Nominee for Fiksi (2010)

***
What Cizu think?

Gue sudah lama mendengar tentang novel ini. Namun tebal dan harga dari novel ini, yang cenderung di atas rata-rata novel Indo pada umumnya (sekitar 200-300 halaman dengan harga kisaran 30-50 ribu, ini menurut gue loh ya) membuat gue malas meliriknya dua kali. #plak x3 

Akhirnya gue pun memutuskan untuk menonton filmnya saja (yang justru malah lebih boros, karena ternyata filmnya dibagi menjadi 2 part *sigh). Seusai menonton part 1, gue malah jadi penasaran sama novelnya. Gayung pun bersambut. Karena ternyata (lagi-lagi) temen gue, (tidak lain dan tidak bukan) Tammy Rahmasari punya dan dengan baiknya bersedia meminjamkan novel ini.

Perahu Kertas adalah novel mbak Dee pertama yang gue baca. Entah karena tebalnya atau karena gue sudah menonton filmnya, yang jelas, gue tidak terlalu menggebu-gebu saat membaca ini. Sehingga waktu yang gue perlukan untuk menyelesaikan novel ini pun, terbilang cukup lama.

Konflik yang disuguhkan dalam novel ini sebenarnya biasa. Ibaratnya, kita mau pergi ke suatu tempat. Nah, novel ini kayak pemandu wisata, yang mengajak kita mengambil jalur rumit dan berputar-putar. Padahal kita tahu, ada jalan pintas menuju tempat tersebut. Dengan demikian efek dari novel ini ada dua, pembaca ngantuk dan bosan. Atau, pembaca menikmati pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan. Gue, adalah tipe gabungan. Kadang-kadang ngantuk, kadang-kadang terbangun untuk menikmati pemandangan. x3

Walau begitu, kepiawaian mbak Dee merangkai kata-kata, berhasil menuntun gue sampai ke akhir cerita dengan perasaan cukup puas. Kalo boleh jujur, sebenarnya gue lebih menyukai bagian awal cerita yang kental dengan humor-humor menghibur. Kugy-nya juga masih konyol, nggak galau melulu. Satu-satunya karakter yang konsisten konyol di novel ini cuma Eko, kayaknya.

Persis seperti Kugy yang senang mendongeng, hidup Kugy dalam novel ini pun lebih mirip fairy tale. Mother alien yang berhasil menarik perhatian prince charming, punya keluarga yang rukun dan dua orang BFF (Eko dan Noni), sukses dalam karir, ditaksir bos sendiri, mimpi yang terwujud, lalu kisah cinta yang berakhir bahagia. Walaupun gue pencinta happy-ending garis keras, tapi nggak gini-gini amat juga kali ya. Too much sugar, man~ Alias kemanisan, menurut gue. Padahal nggak apa-apa juga, kalo 'K couple' itu nggak jadian. Malah terkesan lebih nyata. Keputusannya Remi dan Luhde yang sangat kompak dan terjadi dalam waktu hampir bersamaan pun, terkesan sedikit dipaksakan.

Tapi, ini kan cuma pendapat subyektif gue aja. :D Gue yakin di luar sana banyak pembaca yang menikmati jalan cerita yang disuguhkan novel ini. Dari lubuk hati gue yang terdalam, gue pun menyukai gaya menulis mbak Dee. Dan gue sangat kagum dengan kegigihan beliau, dalam menyelesaikan novel yang konon mencapai 75.000 kata ini.

Pada akhirnya, ini salah satu novel Indonesia yang patut direkomendasikan. Atas berbagai pertimbangan tadi, maka...

Rating : 4/5 bintang.


0 komentar:

Posting Komentar