Kamis, 31 Oktober 2013

[Review] Montase



Judul buku : Montase
Penulis : Windry Ramadhina
Harga : Rp 49.000,-
Halaman : 368
Terbit :  Desember 2012
Penerbit : Gagas Media

Blurb :

Aku berharap tak pernah bertemu denganmu.
Supaya aku tak perlu menginginkanmu, memikirkanmu dalam lamunku.
Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.

Supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu.
Dan terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku.

Tapi...,
kalau aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu, mungkin aku tak akan pernah tahu seperti apa rasanya berdua saja denganmu. Menikmati waktu bergulir tanpa terasa.
Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintai...
dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu.

***
What Cizu Think?

Membaca prolog novel ini, mengingatkan gue sama adegan awal film Tada, Kimi o Aishiteru atau Heavenly Forest adaptasi dari novel karangan Ichikawa Takuji. Karena dari awal sudah disebutkan bahwa kak Windry adalah penggemar beliau, maka semua jelas. Dan gara-gara ini juga, gue jadi bisa memperkirakan bagaimana nasib Haru selanjutnya. Haha, semacam super duper big spoiler, sih..

Walau terdapat beberapa persamaan, kak Windry sukses mengemas novel ini dengan apik dan indah. Alurnya sama sekali berbeda dengan film di atas.

Montase, bercerita tentang seorang pemuda bernama Rayyi, anak dari pemilik rumah produksi ternama yang ditahbiskan secara otomatis menjadi penerus ayahnya. Meski demikian, Rayyi yang diam-diam mencintai film dokumenter ini, mati-matian menolak keputusan tersebut...dalam hatinya. Karena Rayyi merasa tak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah keputusan tersebut, ia pun memutuskan untuk pasrah. Hingga ia bertemu dengan mahasiswi pindahan dari Jepang, bernama Haru.

Kak Windry mengambil keputusan yang cukup berani dengan menggunakan sudut pandang Rayyi sebagai tokoh 'aku', dan harus diakui usahanya tersebut sudah cukup maksimal. Gue akui gue terkesan dengan karakter-karakter dalam novel ini, karena tidak ada karakter hitam atau putih. Dan seingat gue, malah tidak ada karakter antagonisnya sama sekali. 

Penggambaran karakter Haru pun cukup detail, sehingga gue bisa membayangkan sosok cewek Jepang pada diri Haru. Meski, menurut gue, Jepangnya agak kurang Jepang ya. 

Seperti kenapa Haru menyebut Bev dengan Bevvu, tapi Andre tetap Andre dan bukan Andore? Terus pas bagian Haru bilang "Suteki da ne? Kono raifu." Kenapa pakai 'raifu' yang sebenarnya berasal dari bahasa Inggris dan bukan 'jinsei' yang lebih Jepang. 

Atau kenapa nyokapnya Haru manggil bokapnya Haru dengan "anata" yang mana kedengaran sangat formal di telinga gue. Kayak orang baru kenal kemarin aja. Yap, nggak penting sih. Haha.

Oh, hal nggak penting terakhir yang bikin gue bertanya-tanya adalah adegan hanami, dimana Rayyi membawa Mochi dan Sake. Sake, minuman keras kan? Dan gue kira selama ini Rayyi nggak minum itu, jadi kenapa nggak Mochi dan Ocha aja? Hehe. *ditendang kak Windry*

Adegan demi adegan yang terangkai dalam novel ini, sangat rapi. Sehingga tidak salah jika 'Montase' dipilih menjadi judul novel ini. Adegan terfavorit gue, tentu saja surat dan film yang dibuat Haru untuk Rayyi. Singkat, indah, dan berkesan. Gue terharu waktu membaca bab ini, sampai mata gue berkaca-kaca. Serius.

Btw, ini adalah karya pertama kak Windry yang gue baca. Setelah ini, gue ingin baca karya-karya lainnya, terutama Metropolis. Tapi agak susah ya, nyarinya?

PS : setiap kali gue baca blurb novel Montase ini, di kepala gue langsung terngiang2 lagunya Aimer yang Anata ni Deawanakereba. Ost ending dari anime Natsuyuki Rendezvous. Ada yang tau lagu itu? haha.

Rating : 4/5 bintang.

Review ini diikutsertakan dalam :
-2013 New Authors Reading Challenge
-2013 Indonesian Romance Reading Challenge

0 komentar:

Posting Komentar