Kamis, 24 Juli 2014

[Review] Life on The Refrigerator Door



Judul buku : Life on The Refrigerator Door
Penulis : Alice Kuipers
Harga : Rp 27.000,-
Halaman : 240
Terbit : November 2008
Penerbit : Gramedia

Blurb :

KALAU HIDUPMU TAHU-TAHU BERANTAKAN, SANGGUPKAH KAU BERPEGANG PADA CINTA?

Kehidupan di Pintu Kulkas adalah tentang pesan-pesan di kulkas antara seorang ibu dan putri remajanya, Claire. Pesan yang dibuka dengan kehidupan yang serba bergegas, tak ada waktu untuk bicara dan bertemu, kemudian berkembang menjadi sesuatu yang sangat dalam: kesadaran bahwa cinta berarti menyediakan diri kita bagi orang yang kita cintai.

***
Komentar Cizu :

Awalnya, saya mengira novel ini diambil dari sudut pandang Claire dengan beberapa kalimat narasi. Namun, rupanya dugaan saya salah sama sekali. Novel ini hanya berisikan kumpulan-kumpulan pesan yang ditempelkan Claire dan Ibunya di pintu kulkas. Tanpa kalimat narasi apapun. Tapi inilah yang menjadikan novel ini unik dan berbeda. Juga menjadikan novel tercepat yang pernah saya baca. Hohoho.

Claire, 15 tahun. Memiliki Ibu yang bekerja sebagai dokter kandungan dan memiliki jadwal yang super padat. Karena kesibukan masing-masing, mereka jadi jarang sekali bertemu meskipun tinggal serumah. Dan menulis pesan di kulkas adalah cara mereka untuk berkomunikasi.

Kadang, Mommy menulis daftar belanjaan yang harus dibeli Claire atau menugasinya membersihkan kandang Peter, kelinci milik mereka. Kadang Claire bercerita tentang ujian atau presentasi di sekolah dan betapa ia harus sering bolak-balik ke rumah Emma, sahabatnya untuk belajar bersama.

Kadang, Mommy lupa meninggalkan uang saku milik Claire sehingga gadis itu harus menjadi pengasuh bayi untuk mendapatkan uang tambahan. Kadang, Claire marah pada Mommy karena membuat pakaiannya kelunturan.

Terkadang, Mommy dan Claire bertengkar soal Michael, lelaki yang sedang dekat dengan Claire. Tentang kekeras-kepalaan Mommy untuk tidak membeli handphone. Atau tentang kesibukan Mommy yang membuat Claire merasa ditelantarkan.

Lalu suatu ketika, Ibu Claire menemukan benjolan pada payudaranya. Membuat hari-hari keduanya menjadi semakin berat. Namun, juga membuat keduanya semakin dekat dan lebih mengenal satu sama lain.

Bertengkar, berdamai, berselisih pendapat, dan sepakat.

Pada akhirnya, Claire dan Mommy hanyalah sepasang ibu dan anak yang mencoba untuk saling memahami. Meski tak diragukan lagi, mereka saling menyayangi.

Karakter Mommy dalam novel ini digambarkan begitu mandiri. Ia, seorang single parent yang tidak terbiasa mengharapkan bantuan orang lain. Bahkan, ketika dirinya divonis terkena kanker payudara, ia enggan untuk menerimanya. Ia sangat marah, ketika Claire dan ayahnya membelikannya sebuah topi. Dan ia tetap masuk kerja, setelah jadwal terapi radiasinya selesai. 

Saat aku memandangmu
Aku tahu aku ingin jadi sepertimu
Kuat dan berani
Cantik dan bebas
(hal 162)

Like mother, like daughter. 

Begitu juga dengan karakter Claire. Karena terbiasa ditinggal sendiri di rumah, ia jadi mampu memasak dan membuatkan ibunya makanan. Ia terbiasa untuk mengurusi rumah, berbelanja, dan merawat Peter meski terkadang ia juga merasa lelah. Ia jauh lebih dewasa untuk ukuran remaja seusianya, namun juga bisa sangat kekanak-kanakan dan gegabah.

Aku menyesal kita begitu sering bertengkar. Apakah kau baik-baik saja?

Claire 
(hal 132)

Saya ingat, ketika saya seusia Claire saya juga sering bertengkar dengan Ibu saya. Ada begitu banyak perbedaan pendapat, selisih paham, dan lain sebagainya. Tapi seiring berjalannya waktu, frekuensi pertengkaran menjadi sangat jarang terjadi. Bahkan rasanya sudah bertahun-tahun lamanya sejak pertengkaran terakhir kami.

Lalu, saya menjadi terpikir : bagaimana jika saya menjadi seorang ibu nanti? Apakah saya juga akan mengalami pertengkaran-pertengkaran dengan anak saya nanti? Bagaimana kira-kira perasaan saya ketika hal itu terjadi? Pasti rasanya sulit, mendengar orang yang kita kasihi sejak lahir membantah perkataan kita. Kemudian, saya jadi mengingat-ingat apa saya masih suka membantah perkataan Ibu saya? Hahaha.

We never know what we have, until we lose it.

Luangkanlah sebisa mungkin waktu yang kita miliki, untuk orang-orang yang kita cintai. Karena kita tidak 
tahu kapan waktu kita akan berakhir. 

Kira-kira begitu pesan novel ini, buat saya.

Satu hal yang saya kurang sukai dari novel ini adalah terlalu sedikitnya detail. Misalnya, ketika tiba-tiba Claire bilang bahwa Michael tidak sehebat yang ia kira. Kejadian apa yang membuatnya berkata demikian tidak diceritakan. Kenapa orang tua Claire bercerai dan kapan hal itu terjadi pun tidak diceritakan dengan detail. Karena beberapa hal yang tidak detail ini (yang sebenarnya wajar saja sih, karena ini kan hanya kumpulan pesan di pintu kulkas), membuat saya merasa tidak terlalu mengenal karakter dalam novel ini. Imbasnya, saya pun menjadi kurang simpatik atas kejadian yang menimpa para karakter.

Dan, ya.. meski novel ini seharusnya sedih dan saya yang cengeng ini seharusnya menangis tapi saya tidak menangis. :D

Tapi, covernya cantik. Saya selalu suka dengan cover novel terjemahan buatan tim GPU. ^^ (setidaknya untuk novel-novel yang saya punya)

Rating : 3,5/5 Bintang.

3 komentar:

Afifah Mazaya mengatakan...

sampai kabar sakit juga disampaikan melalui pesan di pintu kulkas? pasti rasanya sepi.

astrid mengatakan...

ahhh aku pingin baca buku ini dari dulu, penasaran sama formatnya yang unik... btw bener zu, makin kita tua frekuensi bertengkar sama ortu makin jarang, yg ada mama jadi kaya temen sendiri aja :)

alvina vanila mengatakan...

Ngerasa ada banyak plot yang bolong karena keterbatasan pesan tempelnya, tapi aku sukaaa buku ini. dan yaa, cepet baget selesenya XD

Posting Komentar